Profesor Rhenald Kasali konsisten berujar pada anak muda “untuk taklukkan dunia, merantaulah, berani kesasar, berani gagal, berani menjadi minoritas di negeri orang.”
Untuk intro, bagi yang belum tau Prof. Rhenald Kasali. Dilansir dari laman Wikipedia, beliau adalah seorang cendikiawan sekaligus guru besar bidang ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Selain menjadi akademisi, beliau juga produktif menulis. Dan sudah menelurkan beberapa karya buku, yang banyak di antaranya adalah tentang bisnis. Penulis sendiri malah mengenal Rhenald Kasali dari bukunya yang berjudul “Strawberry Generation.”
Sekilas tentang buku “Strawberry Generation” buku ini mendalami tentang sifat generasi muda yang cenderung lembek bak buah Stroberi, dan kiat solusinya untuk mengatasi generasi bermental seperti buah berwarna merah itu. Buku ini sangat direkomendasikan untuk kawula muda, orang tua yang kebelet ingin memiliki anak dengan greget juang tinggi dan siapapun yang ingin mengubah kekopongan mental generasi bangsa ini.
Salah satu upaya untuk mengatasi mental stroberi ini, beliau pernah berujar di laman X Twitter “Anak2 muda, ayo taklukkan dunia, merantaulah…beranilah kesasar, berani gagal, berani menjadi minoritas di negri orang…” cuitan itu ditulisnya pada 14 April 2014 silam.
Hal itu beliau coba ungkapkan kembali di reelsnya September lalu, beliau lagi-lagi menegaskan omongannya; perkara merantau. Bahwa hal tersebut sudah diungkapkannya sejak 15 tahun yang lalu, tepatnya pada 2008.
Ungkapan itu pertama kali dipaparkan kepada mahasiswanya jurusan Pemasaran Internasional, untuk mendobrak metode kuliah yang monoton, yang seolah hanya sekedar memindahkan isi buku kepada otak mahasiswanya. Menjadikan para lulusannya hanya sebagai sarjana kertas, tanpa praktek nyata di lapangan.
Lebih jelasnya, ungkapan itu berisi penugasan kepada mahasiswanya untuk melancong keluar negeri dengan maksud mendobrak cara belajar gaya lama yang terlalu berpedoman pada text book, dengan syarat tidak memilih negara yang serumpun, bahasa dan penduduknya seperti Indonesia. Malaysia, Brunei, Singapura dan Timor Leste keluar dari daftar itu. Jadi, setiap awal semester di pertemuan pertama, beliau langsung menugaskan anak-anak didiknya untuk mengurus Paspor. “Paling lambat 1,5 bulan ke depan, kalian semua harus sudah berangkat!,” ujar Prof.Rhenald Kasali waktu itu, dikonfirmasi oleh Putri Ara Zena di buku “30 Paspor di Kelas Sang Profesor” karya J.S Khairen.
Kembali lagi pada ucapannya di reels. Beliau memberikan salah satu opsi role model yaitu Columbus, sang penemu benua “Paman Sam”, dengan maksud untuk memantapkan hati kita, agar kunjung berani kesasar dan segera mengurus paspor lalu membeli tiket untuk melancong keluar negeri.
Tanpa mengurangi rasa hormat pada beliau. Ucapan beliau tak serta merta membuat para Gen Z dan Milenial menganggukan kepala. Banyak yang kelewat realistis, seperti kata Ustad Yusuf Mansur “Darimana Duitnya!.”
Melansir dari Experian “kebanyakan Gen Z dan Milenial masih bergantung pada orang tuanya untuk mendapatkan dukungan finansial.”
Tentu saja, hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, mengingat para kawula muda masih kelimpungan perkara finansial dan masih bergantung sepenuhnya urusan finansial pada kedua orangtuanya, tak sedikit pula anak muda yang menjadi Sandwich Generation.
Menurut saya, hal kesasar ini tidak melulu serta merta berkutat pada opsi traveling keluar negeri saja. Banyak hal unpredictable di sekeliling kita yang malah terkadang membuat kita jadi lebih kritis, menjadi dewasa dan mengambil pelajaran dari peristiwa yang kita alami, atau tetangga kita alami. Mungkin inilah beberapa contoh peristiwa kesasar kita yang terkadang tidak disadari :
KESASAR KETIKA DITANYA KAPAN NIKAH
Pernikahan merupakan hal yang sakral dan tidak semua orang harus mengetahui kapan kita menikah. Tapi, di Indonesia sendiri pertanyaan ini kelewat sering terlontar di kalangan kerabat dekat kita, bahkan terkadang orang yang tidak kita kenal seringkali melontarkan basa-basi ini. “Bahkan mungkin sudah jadi kewajiban kali di budaya masyarakat kita.”
Buat orang yang tidak suka ditanya, mungkin akan kebingungan menjawab apa dan bagaimana seharusnya kita menyikapi pertanyaan ini. Maka dari itulah seharusnya kita sebagai orang yang kesasar bisa lebih matang menyiapkan jawaban dari pertanyaan wajib ini. Misal, kita bisa ikut pendidikan pranikah dahulu atau mengikuti kelas para pelatih percintaan sebelum menghadapi ombak pernikahan, begitupula pertanyaan monoton seputar menikah itu.
KESASAR KETIKA MENENTUKAN JURUSAN SEKOLAH
Hidup cuma sekali, eh pas udah kuliah malah salah jurusan. Gimana gak dilema. Mau keluar takut rugi biaya, ga keluar juga waste time.
Diwartakan dari detikedu, menurut ahli Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF), Irene Guntur menyebutkan bahwa sebanyak 87 persen mahasiswa di Indonesia salah jurusan.
Kesasar ini merupakan tamparan keras bagi kita para calon maba, yang seharusnya lebih matang dalam mempersiapkan jurusan sekolahnya. Bisa dengan bertanya pada investor kita yaitu, kedua orangtua ataupun minta rekomendasi dari teman sejawat yang sudah mendalami jurusan yang di tempuhnya. Agar kita meminimalisir resiko kesasar menentukan salah jurusan ini.
KESASAR DALAM PERCINTAAN
Anak muda kalau ngga overthinking perkara masa depan ya terkadang percintaan. Hal ini banyak dialami ketika kita tumbuh remaja. Dimana peran hormon lah yang membuat kita seringkali dibutakan oleh perihal cinta.
Kalau kata Sujiwo Tejo “cinta itu gak pake itung-itungan, kalo udah mikir pengorbanan itu namanya kalkulasi”.
Tapi ya gimana ya, banyak hal bodoh perihal cinta yang sudah seringkali lewat di media lokal. Mulai dari remaja yang bunuh diri akibat putus cinta, hamil di usia dini hingga kekerasan seksual yang terjadi pada anak remaja. Turut menyeruak di laman-laman berita lokal.
Tak menutup kemungkinan kesasar ini bisa aja terjadi di kehidupan percintaan kita ,diwartakan dari UNAIR NEWS “Berdasarkan Catatan Tahunan (Catahu) Komisi Nasional (Komnas) Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 2019, dari 13.568 kasus kekerasan yang tercatat, 9.637 kasus berada di ranah privat (71%). Jumlah ini meningkat dari tahun 2018. Dari jumlah tersebut, jumlah kekerasan dalam pacaran mencapai 2.073 kasus, dan jumah kekerasan terhadap istri mencapai 5.114 kasus.”
Mulai sekarang kalo saran penulis “mulailah belajar edukasi cinta, teori cinta dan bagaimana kita memperlakukan lawan jenis. Agar tidak sampai tersesat perihal percintaan.”
Sebenarnya masih banyak hal-hal unpredictable yang membuat kita kesasar, tapi semua poin di atas, kiranya cukup sudah untuk menyimpulkan. Bahwasanya, lebih baik kalo kita meminimalisir resiko dan mengurangi porsi kesasar dalam hal-hal yang sebenarnya mudah untuk diatasi, lalu kembali mencoba mengumpulkan uang untuk pergi melancong ke luar negeri. “Eh iya lupa, kan Sandwich Generation.”